27 Mei 2013

PAMERAN DINDING KOLASE

Artwork by Montaza O Ki & Attak Empatujuh

“Basically, if you didn’t choose or understand the idea of creating something from nothing to voice your silent voice, you just sat there, pointing and wanting.” -Gee Vaucher

Collage atau Kolase adalah karya gunting tempel  (cut and paste) dari kertas bekas misalnya majalah, koran, buku, kardus, dan bahan bekas lainnya. Pemotongan objek-objek biasanya berupa gambar, dan kemudian kita menempelkan objek-objek itu dengan perekat misal: lem atau sejenisnya. Sebagai bentuk atau tehnik karya seni, kolase belum banyak diketahui masyarakat awam. Namun sudah sejak zaman dahulu kolase menjadi perhatian para seniman dunia. Sejarah kolase muncul setelah perang dunia pertama, dan pada awalnya terjadi di bidang fotografi.  Tetapi, kolase ini baru mulai mendapatkan perhatian yang serius bagi para seniman ketika terjadi gerakan kreativitas yang baru di Berlin, Jerman, yang dikenal dengan gerakan Dada. Dada selalu mengenai perlawanan atas keadaan yang mapan. Para aktivis Dada mengupayakan pencarian sebuah makna sekaligus alat ekspresi yang baru. Dan kolase adalah salah satu bentuk karya yang sering digunakan oleh para aktivis Dada itu dalam mengungkapkan keyakinan-keyakinan mereka.
Kolase yang lahir bersama dengan gerakan Dada, secara perlahan mengalami kemunduran. Setelah mengalami mati suri beberapa tahun lamanya, akhirnya kolase muncul lagi ke permukaan pada tahun 1960-an. Kebangkitan punk di Inggris juga ikut menyumbang kembalinya kolase ke pentas seni dunia, seperti pada karya kolase milik Gee Vaucher yang dibuat tahun 1983 adalah cover untuk single band anarcho-punk Crass “You’re already dead”.  Karyanya dengan band Crass pada tahun 1980-an merupakan bentuk seni protes atas sebuah budaya yang dibangun dengan landasan peperangan, kekerasan, sexisme, kemunafikan agama dan konsumerisme yang berlebihan. Karya kolase Gee Vaucher, awalnya dimulai pada tahun 1960 hingga 1997 yang kebanyakan menyatakan pandangannya tentang anarcho-pacifist dan feminist.
Kebangkitan kolase dari tahun 1980-an hingga sekarang, sudah mulai dituangkan tidak hanya dalam bentuk gambar saja tetapi bisa dalam bentuk tulisan pada poster propaganda, zine ataupun cover album. Pergerakan kolase dari waktu ke waktu memiliki semangat ingin selalu mengadakan perubahan, keinginan untuk membongkar sruktur lama kemudian memperbaruinya dan semangat pemberontakan terhadap struktur-struktur yang mapan.
Dari semangat yang diusung kolase itulah, akhirnya menumbuhkan inspirasi kami Universum Collective untuk mengangkatnya dalam PAMERAN DINDING KOLASE dengan balutan tema “Kertas Bekas Melawan Batas”. Bahwa dalam berkarya itu tidak harus menggunakan bahan-bahan yang mahal dan sesuai dengan standarisasi baku yang ada. Dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas/sisa yang sudah tidak terpakai seperti majalah, koran, buku, kardus, dan bahan bekas lainnya, para artis kolase ini mampu menyulapnya menjadi sebuah karya yang mengagumkan. Mereka menciptakan sesuatu dari yang sudah tidak terpakai menjadi suatu karya seni yang meaningful.
Dan kami mengajak kawan-kawan penggiat kolase dari beberapa kota seperti Palembang, Pontianak, Bandung, Jakarta, Yogyakarta dan Semarang untuk terlibat dalam pameran ini dengan mengirimkan karya kolase asli mereka. Ada kurang lebih 30 collage dari 8 collage artist yang akan dipamerkan. Berdasarkan beberapa karya kolase yang kami terima dapat dilihat bahwa dengan hanya menggunakan media kertas bekas, para penggiat kolase ini tetap bisa menuangkan ide dari bentuk perlawanannya melalui karya kolase yang cemerlang.
 Dan pada kesempatan ini, Universum Collective mempersembahkan PAMERAN DINDING KOLASE “Kertas Bekas Melawan Batas” yang akan dibuka bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia pada tanggal 5 Juni 2013 pukul. 19.00 di Waroong Doremi Jl. Peleburan Tengah 24 Semarang. Turut menyuguhkan pertunjukan musik akustik dari Aga Ghozal, Marlinda, dan Ganjrang Genjreng. Akan digelar pula beberapa workshop diantaranya workshop Stencil tanggal 6 Juni oleh Attak dari Pati dan Anggoro Offzine dari Temanggung, workshop Paperwork tanggal 7 Juni oleh Fita Yuniar dari Semarang , workshop Jahit Pouch & Doll tanggal 8 Juni oleh Anindya Suci & Nika V Adrn dari Semarang dan di hari terakhir tanggal 9 Juni akan ada ajakan untuk berkolase bersama-sama dengan para artist kolase. Mini bazaar dan lapak karya juga akan berlangsung selama pameran yang diisi oleh teman-teman handcraft.


UNIVERSUM COLLECTIVE PRESENT
PAMERAN DINDING KOLASE
“KERTAS BEKAS MELAWAN BATAS”
5 Juni-9 Juni 2013
di Waroong Doremi
Jl. Peleburan Tengah 24 Semarang

Collage Artist:
Kolasoke – Palembang
Billy (A) – Bandung
Aldiman Sinaga – Pontianak
Ika Vantiani – Jakarta
Iam Jartz-Yogyakarta
Riska Farasonalia – Semarang
Nika V Adrn – Semarang
Annisa Rizkiana Rahmasari - Semarang

Pembukaan Pameran
Rabu, 5 Juni 2013 |19.00-selesai
MC: Umam
Dimeriahkan oleh:
Aga Ghozal
Marlinda
Ganjrang Genjreng

Pameran
Kamis, 5-9 Juni 2013 |11.00-22.00

Workshop
Stencil
Kamis, 6 Juni 2013 | 15.00-selesai
Oleh : Attak-Pati & Anggoro Offzine-Temanggung

Paperwork
Jumat, 7 Juni 2013 | 15.00-selesai
Oleh : Fita Yuniar-Semarang

Jahit Pouch & Doll
Sabtu, 8 Juni 2013 | 15.00-selesai
Oleh: Anindya Suci & Nika V Adrn- Semarang

Kolase Bersama
Minggu, 9 Juni 2013 | 15.00-selesai
Oleh: All Artists

Info Pendaftaran Workshop:
Paling lambat tanggal 2 Juni 2013
TERBATAS!
SMS contact:
Uci          085865448090
Riska      085641515400

Kunjungi juga mini bazaar dan lapak karya teman-teman handcraft.

The Call by Regina Spektor

Semua dimulai dengan sebuah perasaan
Yang kemudian tumbuh menjadi harapan
Yang kemudian menjadi pikiran sunyi
Yang kemudian menjadi kalimat bisu

Dan kemudian kata itu tumbuh semakin keras dan keras
Sampai itu adalah teriakan perang

Aku akan kembali
Saat kau panggil aku
Tak perlu mengucapkan selamat tinggal

Hanya karena semuanya berubah
Itu tak berarti bahwa ini tak pernah seperti ini sebelumnya
Semua yang bisa kau lakukan adalah 
berusaha mengenali siapa kawanmu sebenarnya
Sambil kau pergi menuju perang
Ambillah bintang di cakrawala gelap
Dan ikutilah terangnya

Kau akan kembali saat semuanya telah usai
Tak perlu mengucapkan selamat tinggal
Kau akan kembali saat semuanya telah usai
Tak perlu mengucapkan selamat tinggal

Sekarang kita kembali ke permulaan
Ini hanya sebuah perasaan dan belum ada yang tahu
Tetapi hanya karena mereka tidak bisa merasakannya juga
Itu tak berarti kau harus melupakannya

Biarkanlah kenanganmu tumbuh semakin kuat dan kuat
Sampai mereka terbayang jelas di matamu

Kau akan kembali
Saat mereka memanggilmu
Tidak perlu mengucapkan selamat tinggal
Kau akan kembali
Saat mereka memanggilmu
Tidak perlu mengucapkan selamat tinggal


The Call-Regina Spektor

It started out as a feeling
Which then grew into hope
Which then turned into a quiet thought
Which then turned into a quiet word

And then that word grew louder and louder
Till it was a battle cry

I'll come back when you call me
No need to say goodbye

Just because everything's changing
Doesn't mean it's never been this way before
All you can do is try to know who your friends are
As you head off to the war
Pick a star on the dark horizon and follow the light

You'll come back when it's over
No need to say goodbye
You'll come back when it's over
No need to say goodbye

Now we're back to the beginning
It's just a feeling and no one knows yet
But just because they can't feel it, too
Doesn't mean that you have to forget

Let your memories grow stronger and stronger
Till they're before your eyes

You'll come back when they call you
No need to say goodbye
You'll come back when they call you
No need to say goodbye

17 Feb 2013

Hanya Waktu


Siapa yang bisa menduga rasa cinta itu datang atau sirna?
Biarkan waktu yang menjawabnya
Siapa yang tahu perjalanan hidup seorang manusia itu akan berakhir kapan?
Dimana dan bagaimana?
Hanya waktu yang akan menjawabnya
Mengapa?
Siapa?
Apa?
Kapan?
Dimana?
Bagaimana?
Kita tidak tahu
Waktu
Hanya waktu yang akan menjawab

Berbicara tentang waktu dalam merenungi perjalanan hidup manusia baik dari masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang kita tidak akan pernah tahu. Masa depan dapat kita bentuk dari sekarang. Dunia akan terus bergegas lekas. Biarlah perih dan luka terdahulu disembuhkan oleh waktu. Waktu adalah teman yang baik. Membuat kita dewasa. Membuat kita lebih kuat dan selalu kuat. Lupakan perih yang telah lalu seperti kabut meninggalkan tanah, seperti kupu-kupu melepas kepompong, dan seperti pelangi meninggalkan hujan. Hari-hari warna warni sudah menghadang di depan. Hidup tak akan pernah sama lagi untukmu, untukku dan untuk kita. Dan hanya waktu yang akan menjawab semuanya.

Adalah salah satu lagu favorite saya Only Time yang dinyanyikan oleh Enya. Mendengarkan lagu ini membuat hati hening dan teduh. Seringkali untuk meditasi dan kontemplasi di saat hati dan akal pikiran saya sudah mulai tidak lagi seimbang. 


Who can say
where the road goes
where the day flows
...only time
And who can say
if your love grows
as your heart chose
...only time
Who can say
why your heart sighs
as your love flies
...only time
And who can say
why your heart cries
when your love dies
...only time

Who can say
when the roads meet
that love might be
in your heart
And who can say
when the day sleeps
if the night keeps
all your heart

Night keeps all your heart

Who can say
if your love grows
as your heart chose
...only time
And who can say
where the road goes
where the day flows
...only time

Who knows - only time
Who knows - only time

4 Feb 2013

Video Mapping "Pekalongan, World's City of Batik"



Ini adalah salah satu video mapping yang mengagumkan yang baru saja saya search di Youtube. Kebetulan diadakan di Museum Batik Pekalongan pada 2 April 2011. Acaranya sudah 2 tahun yang lalu, dan yang menyesal adalah kenapa saya baru menyadari kalau ada acara sekeren ini di kota tercinta. Anyway, thanks Andre sudah share infonya. Berawal dari meeting event project kita, akhirnya pembicaraan kita sampai kepada video mapping ini. :)

Berkisah tentang sejarah dan perkembangan batik pekalongan, serta konflik yang dihadapi para pengrajin batik, dan inovasi untuk membangkitkan industri batik di Pekalongan, pertunjukkan ini digambarkan dengan teknologi visualisasi baru yang memungkinkan gambar animasi atau film dapat diproyeksikan pada gedung Museum Batik.  Penggabungan ilustrasi dan 3D animasi yang mengedepankan motif batik, membuat pengunjung dapat menikmati keindahan batik tidak hanya pada material kain tetapi juga pada sisi luar gedung.

Pertunjukan multimedia 3D Video Mapping yang pertama kalinya di Jawa Tengah ini diselenggarakan 2 tahun yang lalu yaitu pada hari Sabtu, 2 April 2011 pukul 21.00 bertempat di Museum Batik, Lapangan Jetayu, Pekalongan. Dibangunnya Museum Batik merupakan usaha Pemerintah Kota untuk menjadikan Pekalongan sebagai tempat transit  penggemar batik serta membagi pengetahuan dan nilai sejarah budaya batik kepada penduduk kota Pekalongan, Indonesia, dan dunia.  

Gedung Museum Batik sengaja dipilih menjadi “aktor” yang pantas untuk menceritakan perjalanan berkembangnya batik pekalongan sesuai dengan alur dan tema yang diangkat dalam video mapping ini. 
Bertepatan dengan hari ulang tahun kota Pekalongan yang ke-105, kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan city branding kota Pekalongan sebagai “Kotanya Batik Dunia”, yang merupakan komitmen kota Pekalongan untuk menjadikan batik pekalongan sebagai tolak ukur perkembangan yang menginspirasi seni batik di dunia.  

Dan berikut link teman-teman kreatif yang berhasil membuat video mapping yang fantastis itu http://www.sembilanmatahari.com/home/videomapping/

3 Feb 2013

28 Hari menjadi kepompong


Aku, Kamu, Kita adalah Kepompong
Yang menunggu waktu untuk lepas dari bungkusnya
dan akhirnya terbang ke langit menjadi seekor Kupu-kupu

Aku yakin makin lama kita bersemayam dan menderita di dalamnya,
akan semakin matang jiwa kita
Kita akan menjadi Kupu-kupu yang kuat
dan terbang ke langit dengan sayap-sayap yang indah
menikmati kesempurnaan hidup kita

Tetapi bagaimana kalau kita tidak menjadi apa-apa?
atau bahkan mati di dalam kepompong itu
karena tidak mempunyai kekuatan lagi
untuk melepaskan diri dari penderitaan

Ah, tidak! Kita sedang berproses
Kita harus jalani proses itu untuk menjadi
Untuk menjadi?
Menjadi apa?
Aku tidak tahu jawabannya
Sebab aku ingin sekali tidak memiliki mimpi
dan tidak ingin mengejar harapan
Aku ingin hidup mengalir saja bagai air
berhembus saja bagai angin
menyebar bagai pasir
meresap bagai garam
menyusup bagai rumput-rumput jiwa

Tetapi aku tetap yakin
dan menjalani hidupku sebagai proses
proses untuk menjadi
Aku jalani hari-hari pahit
juga hari-hari yang manis
Aku  menangis karena luka
dan juga berbahagia karena cinta
Kadang aku terjatuh
dan juga belajar untuk bangkit lagi

Begitulah hidup, semacam teori relativitas
karena tidak ada yang pasti di dunia ini
selain ketidakpastian itu sendiri
Hanyalah waktu yang akan menjawab
kita akan menjadi apa
kemarin, sekarang dan esok hari

Yang kita perlukan adalah proses
Ya, proses belajar seumur hidup
untuk menjadi lebih baik
merefleksi diri sebagai ulat
lalu menjadi kepompong
kemudian ber-revolusi menjadi kupu-kupu